Sumber Foto : jatim.inews.id

LPM FREEDOM - UNISBA | Suroto, peternak ayam asal Blitar yang sempat viral karena membentangkan poster aspirasi darinya kepada Presiden Joko Widodo ketika melakukan kunjungan di Kota Blitar, beberapa hari yang lalu mendapatkan bantuan jagung 20 ton pada Senin (20/09/21).

Mengutip dari laman Kompas.com, bantuan jagung itu merupakan bantuan khusus dari Presiden Joko Widodo yang diberikan kepada Suroto.

"Enggak menyangka. Saya tahunya tadi malam ditelepon Mas Agung (staf pribadi Jokowi), katanya mau mengantar jagung dua truk untuk saya," ujar Suroto kepada Kompas.com, Senin (20/9/2021).

Ia mengaku kaget ketika mendapatkan bantuan jagung 20 ton itu dari Presiden, karena sebelumnya ia sudah dijanjikan akan mendapatkan bantuan jagung 30.000 ton seharga Rp.4500,-per kilogramnya yang akan disalurkan oleh Kementerian Pertanian untuk tiga sentra peternak ayam termasuk di Blitar.

Suroto sempat menjelaskan bahwa ia akan mendapat kiriman jagung dari Kementerian Pertanian yang akan ia beli Rp.4500,- per kilogramnya dari staf pribadi Jokowi. 

Namun, lanjut Suroto, staf pribadi Jokowi menegaskan dua truk jagung itu adalah pemberian Jokowi khusus untuk dirinya, bukan bagian dari 30.000 ton yang dijanjikan.

Suroto mengaku hanya akan mengambil sebagian bantuan jagung dari Jokowi itu dan sisanya akan ia bagikan kepada rekan sesama peternak ayam di daerahnya. Untuk itu, ia akan berkoordinasi dengan perangkat desa setempat untuk pembagian jagung bagi peternak ayam di desanya.

"Ini wujud terima kasih saya atas apa yang diberikan Pak Presiden, maka jagung ini sebagian juga akan saya berikan gratis ke teman peternak. Tapi hanya peternak kecil," ujarnya.

*****

Melansir dari tirto.id, Suko Widodo, Dosen Komunikasi Massa dan Politik Universitas Airlangga (Unair) menilai langkah yang diambil untuk menangani kasus Suroto sebagai sinyal perubahan gaya komunikasi mantan Wali kota Solo itu. Ia menilai, langkah tersebut juga sebagai upaya memperbaiki gaya komunikasi Jokowi saat ini yang lebih mengarah ke konsep promotif daripada komunikatif.

Suko mengatakan, metode Jokowi justru membuktikan bahwa ada masalah di pemerintahan, mulai di level menteri hingga kabupaten kota. Dalam pandangan Suko, kejadian Suroto tidak perlu terjadi bila pemerintah daerah dan pejabat pusat yang ditunjuk Jokowi bisa bekerja benar.

Di sisi lain, situasi Suroto juga menjadi pukulan telak bagi lembaga pengawas maupun pengkajian kebijakan atau penelitian negara. DPR yang punya dana aspirasi malah tidak menyalurkan dengan baik aspirasi rakyat, sementara para menteri, gubernur, dinas provinsi, bupati/Walikota bahkan dinas level kabupaten kota tidak bisa menyelesaikan masalah yang seharusnya hanya ditangani level daerah.

"Ketika opini publik itu memang memiliki daya tekan luar biasa terhadap keputusan-keputusan pemimpin [... ] seharusnya tidak menunggu itu (menunggu tekanan dari opini publik). Seharusnya tidak menunggu rakyat kelaparan," kata Suko.

Suko berharap, Jokowi bisa terus melakukan pendekatan seperti dalam menangani kasus Suroto. Ia ingin agar Jokowi semakin sering mendengar suara rakyat dari perwakilan rakyat maupun asosiasi terus-menerus. Ia yakin hal itu bisa memperbaiki kepercayaan publik yang turun kepada Jokowi beberapa waktu ke belakang, apalagi jika diikuti solusi konkret yang berjalan.

****

Sebelumnya, Suroto, warga Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar mendadak viral karena aksinya membentangkan poster betuliskan "Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung Dengan Harga Wajar" ketika Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan di PIPP Kota Blitar, Jawa Timur pada 7 September 2021 lalu.

Suroto juga sempat diundang ke Istana Negara oleh Presiden bersama dengan perwakilan Perhimpunan Insan Perunggasan dan Peternak Ayam Petelur pada Rabu (15/09/21) lalu. (bm/bv)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama