foto: https://unsplash.com/photos/@nishant_t


Sepenggal waktu terberi Tuan
Jangan berlari, jangan hendak pergi 
Jangan serupa senja 
Atau serupa gurauan sang malang
Temaram mendesir dibalik 
Dedaunan pohon rindang
Derik jangkrik
Serasa berirama klasik
Di balik bilik-bilik lembah hutan
Anginnya tak terlalu bersahabat
Kakiku menembus segala tapak
Pinus,mahoni ;
Lumut kayu lapuk,
Lintah merayap disela jemari,
Mengusik, mericuh
Menambah kekalutan batin

Aku tersesat.
Tatapanku, mataku menggerjap
Jiwaku serupa harpa menjelai
Isakku membunuh kesunyian
“Tenanglah, kau akan pulang”
Ku tambal asaku perlahan, menaruh beban dengan sesenggukan
“Puan, telusuri hutan, atau duduklah hingga mentari tampak sinarnya”
Terlempar suara dengan tatapan 
Suaraku..
Apa denting ini 
Alunan harpamu?
Bila iya, dimana kucari?
Terdiam.
Terdengar bisik dalam aroma angin
Dimana sarangnya?
Aku masih terduduk dengan tatapan tanpa arti
Hingga aku tersadar,
Akulah si sunyi
Yang sedang bernostalgia dengan asa lalu

Menelusuri jejak kumbara hingga terlempar tanya
Apa denting itu alunan harpamu?
Bila iya, dimana kucari?
Dimana sarangnya?
Dan seusai itu ku terbungkam dengan alunan irama alam
Gulitaku berpayung temaram
Aku adalah fatamorgana nyata, insan mati ditengah rimba
Terjerat jelaga ilusi dan kau satu-satunya
Sosok penegas diri
 bahwa akulah Si Karib Kesunyian 


Ditulis oleh Sekar Cahya Nurani
Mahasiswa Fak. Ekonomi 
Universitas Islam Balitar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama