Peresensi: Tarisa Elvira Trisna - Ilkom'22
Kampus adalah laboratorium ideal untuk mengimplementasikan dan melatih literasi demokrasi politik. Selain dosen, diperlukan berbagai sumber pendukung untuk mengasah pemikiran kritis mahasiswa.
Salah satunya melalui buku "Literasi Politik: Dinamika Konsolidasi Demokrasi Indonesia Pascareformasi" karya Gun Gun Heryanto yang sangat relevan untuk dibahas, khususnya jika dikaitkan dengan konteks demokrasi politik kampus.
Secara garis besar, buku ini berargumen bahwa literasi politik bukan sekadar pengetahuan semata. Penulis mendefinisikannya sebagai tiga komponen penting, yakni: 1) Pengetahuan: Pemahaman dasar tentang sistem politik, peran lembaga negara, dan hak serta kewajiban sebagai warga negara;
2) Keterampilan: Kemampuan untuk mengakses informasi, menganalisisnya secara kritis, dan mengomunikasikan gagasan politik secara efektif; dan 3) Sikap: Kesiapan untuk berpartisipasi secara aktif, memiliki otonomi dalam berpendapat, dan bersikap rasional dalam mengambil keputusan politik.
Buku ini erat kaitannya dengan demokrasi politik kampus. Contohnya melalui organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah arena nyata bagi mahasiswa untuk mempraktikkan demokrasi.
Proses pemilihan ketua BEM, debat calon pemimpin, hingga perumusan kebijakan internal organisasi, semuanya merupakan simulasi dari proses politik di tingkat kampus.
Melalui buku karya Gun Gun Heryanto, mahasiswa dapat memahami partisipasi dalam kegiatan ini tidak hanya untuk "merebut kursi", tetapi juga sebagai proses pendidikan politik yang membentuk karakter pemimpin masa depan.
Buku ini juga secara tidak langsung menyoroti tantangan yang juga dihadapi di kampus, yakni apatisme politik. Banyak mahasiswa yang cenderung pasif atau menganggap politik kampus tidak penting.
Padahal, kurangnya literasi politik membuat mahasiswa rentan terhadap disinformasi dan manipulasi, baik dari sesama mahasiswa maupun dari pihak luar yang ingin memanfaatkan gerakan mahasiswa.
Sikap politik yang otonom dan berlandaskan nalar, seperti yang ditekankan dalam buku ini sangat krusial dalam iklim kampus. Mahasiswa diajarkan untuk berdebat dengan data dan argumentasi yang kuat, bukan dengan emosi atau sentimen.
Organisasi mahasiswa diharuskan menjadi wadah untuk mengasah kemampuan berpikir kritis melalui forum diskusi, seminar, dan kajian ilmiah. Dengan demikian, demokrasi kampus dapat berjalan sehat, jauh dari politik identitas, monopoli, dan polarisasi yang banyak terjadi.
Resensi ini menjelaskan bahwa konsep literasi politik yang ditawarkan oleh Gun Gun Heryanto tidak hanya relevan untuk konteks politik nasional, tetapi juga menjadi fondasi kuat untuk membangun demokrasi politik kampus yang lebih matang dan substantif.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip literasi politik, mahasiswa dapat bertransformasi dari sekadar objek politik menjadi subjek yang kritis, berpartisipasi aktif, dan bertanggung jawab.
Judul : Literasi Politik: Dinamika Konsolidasi Demokrasi Indonesia Pascareformasi
Penulis : Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si., dkk.
Penerbit : IRCiSoD (Diva Press / Diva Grup), Yogyakarta
Tahun : 2019 (Cetakan pertama)
Halaman : 524 halaman
Ukuran : 15 × 23 cm
ISBN : 978-602-7696-89-1
Posting Komentar